Tan Malaka Pahlawan Revolusi Nasional

Tan Malaka malah sering ditentang dan dimusuhi oleh para elite PKI pada masa itu
Tan Malaka
Tan Malaka

Sobat semua pasti tau dong dengan Tan Malaka. Setidaknya pernah mendengar atau membaca buku pemikiranya serta kisah dan sepak terjangnya. Saya yakin mungkin sebagian dari sobat rancax ada juga yang belum mengenal sosok Tan Malaka ini. Tan Malaka adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia yang melahirkan pemikiran-pemikiran revolusioner yang memiliki peran dalam Sejarah Indonesia pergerakan pada era 1920-an.

Tan Malaka lahir di suliki Sumatera Barat pada tahun 1897. Nama asli dari Tan Malaka adalah Sultan Ibrahim nama bangsawan ini ia dapat dari garis keturunan ibunya. Hal ini sejalan dengan adat Minangkabau yaitu (Matrilinear) garis keturunan yang diambil dari garis keturunan ibu si anak. 

Jejak sejarah mencatat Tan Malaka di cap sebagai tokoh kiri yang mencita-citakan Indonesia merdeka dari Belanda. Beberapa pemikiran dia dituliskannya di beberapa buku, salah satu yang terkenal adalah "Madilog" yang menjadi salah satu buku wajib bagi pembelajar Filsafat. Tak hanya itu Tan Malaka juga sebagai pencetus pertama berdirinya Republik Indonesia, sebagaimana dituliskannya dalam bukunya yang berjudul ‘Naar de Republiek Indonesia’ (Menuju Republik Indonesia) pada 1925. 

Hal ini terjadi beberapa tahun sebelum Bung Karno dan Bung Hatta menulis buku tentang konsep kemerdekaan Indonesia. Pemikiran Tan Malaka sering menjadi rujukan bagi Bung Karno dan tokoh pergerakan lainya. Atas dasar pemikiranya inilah Tan Malaka kemudian mendapat gelar Pahlawan Revolusi Nasional. Hal ini dinyatakan melalui Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden RI Soekarno, 28 Maret 1963.

Dibandingkan tokoh nasional lainya Nama Tan Malaka memang tidak setenar Bung Karno dan Bung Hatta. Tetapi pemikirannya menjadi rujukan bagi Bung Karno dan tokoh nasional lainya saat perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun cap komunis yang melekat pada Tan Malaka karena dia pernah menjadi ketua partai komunis indonesia (PKI) di sinyalir menjadi salah satu penyebab namanya tidak mendapat tempat pada zaman Orde Baru. 

Tan Malaka kala itu memang sangat perduli terhadap nasib buruh dan petani. Untuk memperjuangkan nasib buruh dan petani, ia menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) dalam pemilihan tahun 1920 mewakili kaum kiri. Tetapi, setahun kemudian ia mengundurkan diri dan memilih membuka sekolah Rakyat di Semarang atas bantuan seorang Tokoh Syarikat Islam (SI). 

Tan Malaka sukses merumuskan tiga tujuan pendidikan di sekolah SI :


  1. Memberi cukup banyak jalan kepada murid untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia yang kapitalisme (berhitung, menulis, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa, dll).
  2. Memberi hak kepada murid untuk mengikuti kegemaran (hobi) mereka dengan membentuk perkumpulan.
  3. Mengarahkan perhatian para murid pada kewajiban mereka yang akan datang kepada jutaan keluarga miskin.

Nama Tan Malaka yang sempat terkubur kembali mencuat setelah runtuhnya Orde Baru. Dimana negara kita masuk kedalam zaman Reformasi. Sosok Tan Malaka kembali muncul melalui tulisan dan buku-buku tentang Tan Malaka. Jika kita menelusuru jejak Tan Malaka lebih jauh lagi, maka mantan Tokoh pemimpin kiri ini ternyata pada masanya dimusuhi oleh para elit PKI itu sendiri. 

Walaupun dia pernah tercatat menjadi pemimpin partai kiri tetapi, pemikiran Tan Malaka malah sering ditentang dan dimusuhi oleh para elite PKI pada masa itu. Bahkan, sejak tahun 1927 Tan Malaka dicap sebagai pengkhianat karena mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia). Tan Malaka oleh PKI sendiri dianggap sebagai pengkhianat dan dalam retorika dan narasi oleh tokoh-tokoh komunis dia dianggap orang yang berbahaya bagi Komunisme.

Ketidaksukaan elite-elite PKI terhadap Tan Malaka terus berlanjut bahkan hingga PKI dipimpin oleh DN Aidit. Hal ini bisa dilihat dari pidato-pidato DN Aidit ketika itu yang menyatakan musuh utama PKI salah satunya adalah Murba (partai yang didirikan Tan Malaka) dan Malakais (isme Tan Malaka). Jalan panjang yang di tempuh Tan Malaka memperjuangkan Nasionalisme memang berakhir tragis.

Ironis Tan Malaka yang saat itu aktif menyerukan rakyat untuk berjuang angkat senjata melawan agresi Belanda 1948. Militer RI dan lawan-lawan politiknya malah menuduh Tan Malaka ingin memberontak dari RI. Pada tanggal 21 Februari 1949 Tan Malaka ditangkap dan ditembak mati oleh tentara Militer Divisi I Jawa Timur. Dia ditembak mati dalam kondisi Indonesia sedang diagresi oleh Belanda dan pada saat dia Tan Malaka sedang memimpin rakyat angkat senjata untuk mengusir Belanda.