Hati-hati Selfi Dan Swafoto Bisa Memicu Gangguan Mental Terselubung

Kita tentu tahu bagaimana orang yang hidup di zaman ini sangat lekat dengan aktivitas swafoto atau yang lebih dikenal dengan sebutan selfie
Selfi gangguan jiwa
Selfi

Sobat rancax kita tentu tahu bagaimana orang yang hidup di zaman ini sangat lekat dengan aktivitas swafoto atau yang lebih dikenal dengan sebutan selfie kata yang menjadi word of the year. Lebih dari 50% foton di media sosial merupakan hasil dari swafoto.



Selfie atau swafoto hanyalah salah satu bagian dari narsisisme. Pada dasarnya, narsisisme itu sendiri bisa dijelaskan sebagai sebuah perasaan mencintai diri sendiri secara berlebihan dan membuat seseorang begitu membangga-banggakan dirinya, bahkan seringkali membuat orang lupa dan mengabaikan orang lain serta lingkungan sekitarnya.

Eksis begitu istilah yang biasa digunakan orang-orang zaman sekarang bisa dikategorikan sebagai sebuah narsisisme. Apalagi Jika mampu berfoto dengan orang terkenal atau di lokosi-lokasi unik tentu saja ada kebanggaan tersendiri bagi si pelaku selfi.

Dalam konteks yang lebih luas, kalau dilihat dari apa yang terjadi saat ini, selfie dan narsisisme sudah masuk ke ranah politik. Selfie dan narsisisme bahkan sudah tercampur aduk dengan politik yang disebut pencitraan. Sebuah istilah untuk menggambarkan image branding yang dibangun oleh seorang politisi untuk memuluskan jalannya menggapai dukungan.

Bagi politisi dan pemangku kebijakan, selfie politik aksi berfoto sebagai wadah menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, termasuk juga untuk mensosialisasikan program, meningkatkan popularitas, serta kemungkinan terburuk sekedar menjadi sarana untuk pemenuhan hasrat narsisisme saja.

Hal ini tentu sah saja namun berfoto harus di sesuaikan dengan situasi dan kondisi. Terkadang dalam berfoto seseorang mengabaikan etika dan kepantasan, misalnya berfoto dilokasi bencana. Tidak heran aksi seperti ini dikecam dan kurang pantas dilakukan. Namun kadang kala untuk sebuah perhatian dan eksistensi, seseorang rela menyingkirkan rasa empatinya.

Jokowi sindrom selfi


Penelitian mengungkap fakta bahwa selfitis bisa menyebabkan berbagai dampak kesehatan fisik dan mental. Adapun penelitian yang ditetapkan sebagai Selfitis Behavior Scale (SBS) menempatkan orang yang terobsesi selfie dalam beberapa kategori berbeda, tergantung dari tingkat keparahan kondisi mereka.

1. Faktor Environmental enhancement


  • 1.1 Taking selfies gives
  • 1.2 I am able to express myself more in my environment through selfies
  • 1.3 Taking selfics provides better memories about the occasion and the experience
  • 1.4 I take selfies as trophies for future memorie

2. Factor Social competition


  • 2.1 Sharing my selfies creates healthy competition with my friends and colleagues
  • 2.2 Taking different selfie poses helps increase my social status
  • 2.3 I post frequent selfies to get more likes' and comments on social media
  • 2.4 I use photo editing tools to enhance my selfie to look better than others

3. Factor Attention seeking


  • 3.1 I gain
  • 3.2 I feel more me a good feeling to better enjoy my environment enormous attention by sharing my selfies on social media popular when I post my selfies on social media
  • 3.3 By posting selfies, I expect my friends to appraise me

4. Factor Mood modification


  • 4.1 I am able to reduce my stress level by taking selfies
  • 4.2 Taking
  • 4.3 Taking selfies instantly modifies my mood

5. Factor Self-confidence


More selfies improves my mood and makes me feel happy

  • 5.1 I feel confident when I take a selfie
  • 5.2 I become more positive about myself when I take selfies
  • 5.3 I take more selfies and look at them privately to increase my confidence

6. Factor Subjective conformity


  • 6.1 I gain more acceptance among my peer group when I take selfie and share it on social media
  • 6.2 I become a strong member of my peer group through posting selfies
  • 6.3 When I don't take selfies, I feel detached from my peer group


Penelitian ini pun kemudian dikaji oleh 225 pelajar dari India, dan mengklaisifikasikan tiga grup untuk orang yang hobi selfie, yakni mereka yang masih di ambang batas, akut, dan kronis 'selfitis'. Studi ini pun menemukan jika 9% dari partisipasi berfoto selfie delapan kali sehari dan 25% berbagi di media sosial.

Tahukah sobat rancax penelitian yang ditulis oleh

Janarthanan Balakrishnan dari Thiagarajar School of Management di Madura, India bersama dengan Mark D. Griffiths dari Nottingham Trent University di Nottingham, Inggris. 

Keduanya mengklasifikasikan obsesi berfoto selfie sebagai penyakit mental dan bahkan mereka memiliki julukan sendiri untuk penyakit ini, yakni selfitis.

Tak hanya itu, orang dengan selfitis juga lebih rentan mengalami depresi. Biasanya depresi dicetuskan oleh hal-hal yang terbilang sepele, misalnya komentar tidak menyenangkan di media sosial. Gangguan depresi tersebut bisa menyebabkan seseorang memiliki ide untuk bunuh diri.

Studi tersebut juga menemukan bahwa terhitung sejak tahun 2014, setidaknya terdapat 76 kematian di India akibat usaha untuk melakukan swafoto. Kematian tersebut terjadi karena kecelakaan saat seseorang hendak melakukan swafoto di lokasi yang berbahaya, seperti di dalam air, di ketinggian, saat berpose dengan senjata, dan saat di dalam kendaraan yang sedang bergerak. Sobat rancax apakah termasuk seorang selfi holic atau selfitis ?