Puisi Dilema Hidup Menapaki Dunia
Puisi sendu sedih penuh tangis derai air mata jalan hidup yang dilalui
![]() |
Jalan Hidup |
Puisi Dilema Hidup Menapaki Dunia
Duhai malam kembali ku tumpahkan asa ini pada mu.
Tentang aku diriku dan jalanku.
Aku tak perduli engkau merasakan atau mungkin hanya sekedar mendengarkan.
Bagiku, kau adalah teman yang sangat setia.
Setia dalam setiap suka duka saat sunyi datang cahaya pergi menghilang.
Duhai malam gelap dalam kesendirian ini.
Ku tapaki sisa umur menghitung waktu dalam sepi.
Menghibur diri dalam lamunan yang berselimutkan gundah.
Taukah engkau sebab asa tak terucap ini.
Selalu membelenggu jiwa, perlahan tanpa celah
Ketika ku rasa tapi tak terasa ketika terasa tapi tak terucap.
Duhai malam, inilah aku tentang pencarianku guratan tanya dalam belaian fana dunia.
Mencari jawaban dari titik ke titik menjangkau yang mungkin bisa ku jangkau memiliki yang mungkin bisa ku miliki.
Hidup ku tak seperti raja kayangan, kadang tenang, kadang bergemuruh, seperti aliran sungai yg meliuk menuju muara.
Duhai malam, taukah engkau dalam diam ini kupeluk mesra keinginan itu
Menggelora membelai hingga mata ku tak mampu terpejam.
Seuntai pelajaran yang telah lalu lahirkan secawan makna.
Jadi pecut tak berujung dalam pencarianku.
Menerpa jiwa hati dan hasrat ku.
Sayu menahan sesak di dalam dada ini membiru.
Berapa banyak lagi tangis harus ku tumpahkan
Menghadapi alur pedih yang kian rumit, tak terucap namun membuatku kehilangan daya.
Sampai kapan tubuh ini sanggup tuk di dera.
Duhai malam saat asa ini mulai bergelora.
Airmata ku turun mengikuti alur kesenduan pada tiap tarikan nafas.
Menetes....!
Dadaku sesak memutar ulang harmoni hidup.
Kisah ini menjadi jalan hidupku
di saat fajar terbit sampai berlabuh di ujung senja
Mungkinkah ini suatu takdir, aku memeluk pertemuan yang tiada bersua. Pencarianku adalah kepedihan rasa tiada tara.
Entah sampai kapan....!
Post a Comment