Jejak Konflik Dan Diskriminasi Yang Terjadi Terhadap Muslim Uyghur

Kecaman internasional semakin meningkat terhadap perlakuan Cina pada Muslim Uyghur/Uighur. Diperkirakan ada sekitar 20 juta penduduk muslim di Negeri Panda itu
Konflik uighur
Uighur



Kecaman internasional semakin meningkat terhadap perlakuan Cina pada Muslim Uyghur/Uighur. Diperkirakan ada sekitar 20 juta penduduk muslim di Negeri Panda itu. Termasuk etnis Hui yang salah satu nenek moyangnya adalah Laksmana Cheng Ho, pemimpin armada muslim Tiongkok ke nusantara beberapa abad lalu. 


Namun, dibanding etnis lainnya, warga Uighur dilaporkan menerima tekanan lebih besar dari aparat pemerintah yang berpusat di Beijing itu. Menurut Human Rights Watch, suku Uyghur khususnya diperlakukan secara represif dan diskriminasi, uyghur dipantau secara sangat ketat. Bahkan suku uyghur di wajibkan harus memberikan sampel biometrik dan DNA mereka. 

Dilaporkan sudah terjadi penangkapan terhadap mereka yang memiliki kerabat di 26 negara yang dianggap 'sensitif'. Dan hingga satu juta orang telah ditahan di kamp-kamp. Kelompok-kelompok HAM mengatakan orang-orang di kamp-kamp itu dipaksa belajar bahasa Mandarin dan diarahkan untuk mengecam, bahkan meninggalkan keyakinan iman islam mereka. 

Pecahnya Konflik Di Xinjiang Yang Mendiskreditkan Muslim Uyhur 


Dikabarkan telah terjadi beberapa kali peristiwa yang menelan korban jiwa yang tak sedikit. Kerusuhan sebetulnya sudah terjadi semenjak Xinjiang menjadi bagian dari komunis Cina, terutama pasca meninggalnya Mao Zedong dan berubahnya politik Cina di bawah Deng Xiaoping. 

Beberapa kali demonstrasi yang pernah terjadi merupakan bentuk protes dari tindakan represif pemerintah Cina terhadap kebebasan dan kebudayaan muslim uyghur. Seluruh kerusuhan yang terjadi selalu direspon represif oleh pemerintah Cina dengan menugaskan banyak pasukan ke wilayah Xinjiang. 

Sekitar tahun 1950 pemerintah Cina memberlakukan kebijakan migrasi domestik etnis Han ke wilayah Xinjiang. Migrasi etnis Han menyebabkan banyak etnis Uyghur kehilangan pekerjaan dan jatuh dalam kemiskinan. 

Dalam bidang pendidikan, pemerintah Cina juga memutuskan untuk membatasi kurikulum pendidikan yang mengajarkan bahasa dan kebudayaan asli Uyghur. Etnis Uyghur semakin merasa terancam akibat adanya rencana pemerintah Cina untuk melakukan modernisasi terhadap kota Kashgar yang merupakan pusat budaya Uyghur. 

Rangkaian kerusuhan yang pernah terjadi di xinjiang yang terbesar adalah pada tahun 2009, dimana terjadi kerusuhan antara minoritas etnis Uyghur dengan etnis Han di Urumqi, Xinjiang. 

Kerusuhan pada 2009 ini dimulai dari adanya insiden yang terjadi seminggu sebelumnya di sebuah pabrik mainan di timur kota Shaoguan yang terletak di provinsi Guangdong. Para pekerja dari etnis Han menganiaya para pekerja Uyghur hingga terdapat 2 orang yang tewas dan 61 lainnya terluka akibat adanya rumor pemerkosaan gadis Han yang dilakukan oleh pemuda Uyghur. 

Akibat dari peristiwa tersebut, banyak etnis Uyghur balas menyerang ke pusat-pusat bisnis etnis Han dan orang-orang Han di jalanan. Kerusuhan ini berlanjut hingga 6 Juli 2009, namun kali ini etnis Han yang menguasai jalanan dan melakukan vandalisme kepada pusat-pusat ekonomi etnis Uyghur seraya meneriakkan seruan untuk menyerang etnis Uyghur. 

Aksi ini pada akhirnya dapat dihentikan oleh petugas keamanan. Meskipun demonstrasi berhasil dihentikan, demonstrasi kembali dilakukan oleh etnis Han pada tanggal 5 dan 6 September 2009 di Urumqi. Sejumlah serangan teror yang terjadi selama dekade terakhir di cina, dan pemerintah cina malah menuding etnis uyghur di Xinjiang dan sekitarnya adalah pelakunya. 

Lalu pada Februari 2017, terjadi penggrebekan besar-besaran oleh pemerintah Cina terhadap apa yang mereka sebut sebagai kaum ekstremis dan separatis. 

Hingga Agustus 2018, sebuah komite PBB mendapat laporan bahwa hingga satu juta warga Uighur dan kelompok Muslim lainnya ditahan di wilayah Xinjiang barat, dan di sana mereka menjalani apa yang disebut program 'reedukasi, atau 'pendidikan ulang'. 

Kecaman demi kecaman dari kelompok HAM terhadap tindakan represis cina pada muslim uyhur terus mengalir. Tapi pemerintah Cina membantah tudingan kelompok-kelompok HAM itu. Pada saat yang sama, ada semakin banyak bukti pengawasan opresif terhadap orang-orang uyghur yang tinggal di Xinjiang. 

Pemerintah cina menyangkal adanya kamp penahanan khusus tetapi mengatakan orang-orang di Xinjiang itu mendapatkan 'pelatihan kejuruan'. Seorang pejabat tinggi di Xinjiang berdalih wilayah itu menghadapi ancaman 'tiga kekuatan jahat': terorisme, ekstremisme dan separatisme. 

Kenapa Muslim Dari Etnis Uyghur Begitu Dibenci Pemerintah Cina ?





Sebetulnya bukan cuma etnis uyghur yang beragama muslim di cina. Selain uyghur adalagi etnis HUI beragama islam namun yang paling di benci oleh pemerintah cina adalah etnis uyghur. 

Hal ini disinyalir karna berkaitan dengan latar belakang sejarah etnis uyghur. Kajian yang dilansir Global Voices menunjukkan, kecurigaaan Beijing terhadap etnis Uighur berakar sejak dua abad lalu. 

Wilayah Xinjiang (dalam bahasa Mandarin artinya 'daerah kekuasaan baru') baru tunduk pada ekspedisi militer Dinasti Qin pada 1750. Selama berabad-abad mereka hidup mandiri tanpa tunduk pada kekuasaan manapun. Bahkan wilayah xinjiang tersebut pernah mendeklarasikan kemerdekaan dengan nama Turkestan Timur. Warga Uyghur punya fisik putih, secara budaya lebih dekat dengan ras Turkistan. 

Ketika pecah perang dunia, warga Xinjiang berusaha bergabung dengan Soviet. Upaya itu berakhir, ketika pasukan nasionalis kiriman Beijing akhirnya kembali memaksa warga Uighur bertahan dalam wilayah kedaulatan Republik Rakyat Cina pada 1949. 

Sejak saat itu, warga Uighur di cap sebagai etnis punya kecenderungan 'memberontak' dan selalu disematkan oleh petinggi di Beijing. Kebijakan ekonomi Cina yang mengutamakan etnis Han juga memperburuk suasana. Akibat rasa paranoid pada Uighur yang dianggap ingin melepaskan diri dari RRC, muncul diskriminasi terhadap muslim uyghur hingga saat ini.