Diskriminasi Dan Penindasan Terhadap Minoritas Etnis Uighur Di China

Minoritas muslim Uighur menjadi sorotan dunia, penindasan terhadap etnis uighur di xinjiang oleh pemerintah cina di kecam berbagai negara
Uighur


Minoritas Uighur menjadi sorotan dunia
, Suku Uighur adalah salah satu suku minoritas resmi di Republik Rakyat Tiongkok. Suku ini merupakan keturunan dari suku kuno Huihe yang tersebar di Asia Tengah, menggunakan bahasa Uighur dan memeluk agama Islam. 

Keberadaan Muslim Uihur Di Xinjiang Cina


Etnis Uighur merupakan kelompok etnis minoritas terbesar di Cina, dengan jumlah kurang lebih sebesar 9,65 juta jiwa dan menduduki wilayah otonomi yang terbesar di Cina, yaitu Xinjiang, Uighur Autonomous Region. Xinjiang berbatasan dengan delapan negara seperti  Mongolia, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, dan India. 

Munculnya bangsa Uighur diperkirakan pada awal abad 18. Etnis Uighur menganut agama Islam dengan tradisi-tradisi Sufi. Agama Islam Sunni yang merupakan agama suku Uighur memiliki karakteristik yang sama dengan Turki.

Islam Sunni ditandai dengan berdirinya empat sekolah filsafat keagamaan (fiqh) yang didirikan pada abad ke-7 dan ke-8 dan menitikberatkan pada pelajaran-pelajaran moral dan agama di dalam masyarakat. Islam Sunni meluas hingga dinasti Mughal dan kekaisaran Ottoman, menyebar dari Asia Tengah hingga sub benua India, kepuluauan Indonesia. 

Agama Islam adalah bagian penting dari kehidupan dan identitas etnis Uighur. Bahasa mereka terkait dengan bahasa Turki, secara kultural etnis Uighur lebih dekat dengan negara negara di Asia Tengah ketimbang Cina. Di kota Xinjiang Kini terdapat sekitar 400 masjid di Urumqi, pusat kota di Xinjiang dan terdapat China Islamic Institute yang di dalamnya mengajarkan agama Islam dengan kurikulum yang berasal dari Asosiasi Islam Cina. 

Xinjiang awalnya sudah mendeklarasikan kemerdekaan dengan nama Turkestan Timur. Tapi tak lama usia kemerdekaan itu di tahun yang sama, Xinjiang secara resmi menjadi bagian dari Republik Rakyat Cina yang berhaluan komunis.  

Diskriminasi Dan Penindasan Terhadap Etnis Muslim Uighur. 


Penindasan yang terjadi pada minoritas etnis muslim Uighur di xinjiang menjadi sorotan dunia. Etnis muslim Uighur punya nasib mirip dengan etnis muslim Rohingya yang mendapat perlakuan penindasan genosida oleh negaranya. Mereka minoritas muslim mengalami diskriminasi di negara tempat mereka tinggal. Perbedaan etnisitas antara Uighur dan Han yang ada di Cina menjadi pemicu adanya diskriminasi dan kerusuhan.

Etnis Han 


Suku Han merupakan mayoritas dari rakyat tiongkok. Suku Han ini mendapat namanya dari dinasti Han. Han digunakan untuk menyebut bangsa Tiongkok sejak lama karena kejayaan Dinasti Han tersebut, yang memerintah Tiongkok selama 400 tahun lebih, meletakkan banyak dasar bagi perkembangan kebudayaan, identitas kebangsaan dan nasionalisme, ekonomi dan politik. 

Etnis Uighur


Sementara suku Uighur identitasnya lebih dekat dengan bangsa Turki. Etnis Uighur berasal dari salah satu etnis Proto-Turki yang mendiami Asia Tengah. Mereka memiliki kesamaan budaya, sejarah dan agama dengan etnis-etnis Turki lain yang mendiami Asia Tengah hingga Republik Turki. Kedekatan mereka berasal dari adanya keturunan yang sama. 

Konflik Etnis Han Dan Etnis Uighur Di Cina


Perbedaan etnisitas antara Uighur dan Han yang ada di Cina inilah awal menjadi pemicu adanya diskriminasi dan konflik. Tekanan demi tekanan yang dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap Uighur, terutama terkait dengan migrasi suku Han ke wilayah Xinjiang menciptakan suatu sensitifitas yang tinggi di antara etnis Han dan etnis Uighur. 

Tak hanya itu aparat komunis Cina juga menuding muslim Uighur terkait al-Qaida. Uighur dianggap menggerakan kerusuhan, sementara aktivis etnis Uighur mengatakan kebijakan komunis Cina menjadi sumber masalah konflik. Muslim Uigur dilarang untuk beribadah hak-hak mereka sebagai warga dibatasi berbeda perlakuan dengan etnis Han yang merupakan mayoritas suku tiongkok. Jati diri muslim etnis Uighur di Xinjiang memang sudah menjadi masalah bagi penguasa Cina sejak pemerintahan cina nasionalis komunis ada.

Tekanan demi tekanan yang dilakukan oleh pemerintah komunis Cina terhadap etnis muslim Uighur dan banyaknya korban yang jatuh dalam setiap kerusuhan memunculkan reaksi dari publik terutama pemerintah Turki. Hal ini dilandasi oleh kedekatan etnis dengan Uighur, sehingga Turki bereaksi keras terhadap tragedi tersebut. Publik Turki sempat melakukan demonstrasi di Ankara dan Istanbul. Bahkan hubungan antara Turki dengan Cina sempat memanas. 

Berdasarkan laporan investigasi UN Committee on the Elimination of Racial Discrimination dan Amnesty International and Human Rights Watch pada bulan Agustus, menyatakan sekitar dua juta warga Uighur ditahan otoritas Cina di penampungan politik di Xinjiang. 

Sejumlah orang Uighur yang pernah merasakan dijebloskan ke kamp konsentrasi itu mengaku dipaksa mempelajari propaganda Partai Komunis Cina setiap hari. Bahkan beberapa mengaku disiksa. 

Menurut pernyataan 270 orang akademisi konon etnis Uighur yang tidak mengikuti seluruh pendidikan politik ala pemerintah komunis Cina. Akan dipukuli, dimasukkan ke sel, atau dihukum dengan cara menekan kejiwaan, disiksa melanggar norma agama dan kemanusiaan. 

Pemerintah komunis Cina dikenal selalu berlaku diskriminatif terhadap wilayah Xinjiang dan etnis Uighur yang memeluk Islam. Mereka kerap memberlakukan aturan tak masuk akal, seperti melarang puasa saat Ramadhan, dilarang menggelar pengajian, hingga salat berjamaah. Bahkan aparat Cina secara ketat menempatkan pos-pos pemeriksaan di seluruh wilayah hingga perbatasan Xinjiang.