Propaganda Politik Dan Dendam Sejarah Terhadap Peradaban Islam
Menurut Harold D. Lasswell Propaganda adalah penggunaan simbol-simbol untuk mempengaruhi perilaku atau manipulasi perasaan manusia
4 min read
Muslim
Seringkali kita mendengar istilah propaganda namun mungkin sedikit dari kita yang memahami betul apa itu propaganda. Jika kita perhatikan istilah propaganda menurut pandangan awam lebih kepada sebuah istilah yang bermaksut buruk atau jahat. Bahasa gaulnya ngompor-ngomporin orang supaya mengikuti rasa kebencian kita terhadap kelompok lain.
Untuk memperjelas makna propaganda mari kita kupas lebih dalam lagi. Pengertian Propaganda secara harfiah adalah suatu rangkaian pesan yang bertujuan untuk mepengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang. Istilah Propaganda berasal dari bahasa Latin modern (propagare) yang berarti mengembangkan atau memekarkan.
Seringkali kita mendengar istilah propaganda namun mungkin sedikit dari kita yang memahami betul apa itu propaganda. Jika kita perhatikan istilah propaganda menurut pandangan awam lebih kepada sebuah istilah yang bermaksut buruk atau jahat. Bahasa gaulnya ngompor-ngomporin orang supaya mengikuti rasa kebencian kita terhadap kelompok lain.
Untuk memperjelas makna propaganda mari kita kupas lebih dalam lagi. Pengertian Propaganda secara harfiah adalah suatu rangkaian pesan yang bertujuan untuk mepengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang. Istilah Propaganda berasal dari bahasa Latin modern (propagare) yang berarti mengembangkan atau memekarkan.
Propaganda disampaikan tidak secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk mepengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya tujuanya meyakinkan orang sipendengar agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu yang ingin di sebarluaskan.
Jika kita hubungkan dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan propaganda biasanya sering digunakan dalam ajang politik. Mempengaruhi masa untuk mendapatkan dukungan terbanyak dalam politik. Misalnya dalam kontes politik yaitu pada masa-masa kampanye.
Nah sekarang mari kita kupas apa sih perbedaan kampanye biasa dengan propaganda, karena secara harfiah pengertianya hampir sama.
Perbedaan Kampanye biasa dan Propaganda Pada dasarnya tak ada yang berbeda. Arti antara kampanye dan propaganda nyaris sama. Kalau pun, kemudian keduanya tampak berbeda, itu karena pendekatan dan metoda yang dipakainya. Kampanye kerap dinilai lebih bersifat persuasif karena disertai bujukan dan iming-iming.
Sementara propaganda, sekalipun dasarnya sangat persuasif, tapi kerap disertai tekanan berupa penonjolan dari dampak buruk yang bisa terjadi jika massa tak bertindak seperti apa yang dipropagandakan.
Menurut Harold D. Lasswell Propaganda adalah penggunaan simbol-simbol untuk mempengaruhi perilaku atau manipulasi perasaan manusia. Qualter Propaganda adalah suatu upaya secara sengaja oleh bebepara individu atau kelompok untuk membentuk, mengontrol, atau mengubah sikap kelompok lain dengan menggunakan instrumen komunikasi demi mencapai tujuan dan ambisi politik kekuasaan.
Perbedaan Propaganda Dengan Kampanye Biasa
- Propaganda tidak ada waktu.
- Propaganda menginginkan perubahan cepat.
- Kampanye tidak dibatasi waktu.
- Kampanye memiliki pola-pola tertentu.
Propaganda Yang Abadi Hingga Kini Di Dunia
Propaganda yang paling menghebohkan dunia hingga saat ini dan bahkan juga mulai menjangkit masyarakat kita adalah Propaganda Islam Phobia. Bahkan mirisnya phobia ini juga menjangkit orang-orang islam itu sendiri. Betapa bodohnya kita termakan propaganda barat.
Propaganda terhadap islam terbilang sukses dilakukan oleh bangsa Barat. Bisa kita saksikan saat ini begitu meluasnya di negara-negara barat islam phobia bahkan saat ini di negara kita yang penduduknya Mayoritas islam juga sedang terjangkit wabah islam phobia.
Propaganda terhadap islam sangat erat kaitan dengan sejarah hubungan "Islam-Barat", Peradaban Barat memang tidak dapat dipisahkan dengan unsur Yahudi-Kristen (Judeo-Christian), karena keduanya merupakan unsur-unsur penting yang membentuk peradaban Barat saat ini.
Banyak peristiwa sejarah yang masih menjadi memori kelabu dalam memori kolektif Barat. Jika peristiwa itu diungkit atau dibangkitkan, mereka dengan mudah akan mengingatkan dan membangkitkan kebencian, bahkan kemarahan terhadap Islam.
Perasaan anti-Islam dengan mudah tersebar luas di kalangan masyarakat Barat. Misalnya, Crusade atau Perang Salib. Para politisi yang ingin meraih dukungan masyarakat Kristen sangat mungkin melakukan aksi penggalangan emosi masyarakat Barat dengan mengeksploitasi adanya ancaman Islam. Misalnya, Peristiwa 11 September. Padahal peristiwa itu hanyalah sebuah konspirasi dan ini sudah banyak dibuktikan oleh para pakar di dunia.
Jejak sejarah yang menjadi pukulan yang sangat berat yang diterima Barat dari kaum Muslimin adalah kekalahan mereka dalam Perang Salib (Crusade).
Meskipun mereka telah menghimpun segala kekuatan yang dimilikinya dan berhasil menduduki Jerusalem selama sekitar 88 tahun (1099-1187), pasukan Salib akhirnya hengkang dari dunia Islam, setelah mengalami kekalahan menghadapi kekuatan pasukan kaum Muslimin di bawah pimpinan Shalahudin al-Ayyubi.
Memori kolektif inilah yang masih terus terpelihara di Barat. Karen Amstrong menggambarkan fenomena Perang Salib dan pengaruhnya terhadap masyarakat Barat dalam bukunya Holy War: The Crusades and Their Impact on Today's World , (London: McMillan London Limited, 1991).
Aspek-aspek traumatis historis kalangan masyarakat Kristen Barat terhadap Islam itulah yang kemudian dieksploitasi dengan baik dan cerdik oleh ilmuwan neo-konservatif, seperti Huntington dan Bernard Lewis, untuk melegitimasi kepentingan politik negara-negara Barat, khususnya AS.
Pada abad ke-21 ini pun pengaruh Crusade masih bisa disimak. Saat Presiden George W. Bush menggelorakan Perang Salib melawan terorisme, pasca-peristiwa 11 September 2001, sejatinya Bush tidak sedang terpeleset lidah. Sebagai seorang Kristen yang 'terlahir kembali' dan menjadikan Jesus sebagai filosof idamannya, Bush sedang mengungkap alam bawah sadarnya, bahwa semangat Crusade kini diperlukan untuk menggalang kekuatan Barat.
Barat dengan serangkaian idiologinya tidak lagi legitimate untuk eksis. Menurut Huntington, semangat Crusade dibutuhkan untuk self-definition dan membangun motivasi, karna menurutnya manusia perlu rival dan musuh. (Samuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, hlm. 130).
Tak hanya itu propaganda terhadap negara islam di timur tengah juga masih di lancarkan bangsa barat. Hal ini terjadi juga dilatar belakangi karena mereka ingin menguasai ladang minyak yang tersebar luas di timur tengah dimana negara-negara tersebut juga merupakan pusat peradaban islam dunia.
Maka demi ambisi imprealis yang dilatar belakangi dendam sejarah untuk menghancurkan islam dan menguasai ladang minyak disana bangsa barat melancarkan propaganda memerangi teroris.
Saat ini apa yang dilakukan oleh bangsa barat dan sekutunya di berbagai belahan bumi dapat dilihat dalam perspektif upaya Mereka untuk memelihara hegemoni imperialnya di berbagai belahan bumi, termasuk kebijakan "antiterorismenya".
Sejak tahun 2001 mereka semakin intensif menggalang kekuatan internasional, menghadapi dan menggebuk musuh-musuh yang dapat mengganggu Hegemoni Imperialnya. Sebagaimana dinasihatkan Lewis dan Huntington, hanya peradaban Islam yang dilihat sebagai potensi ancaman serius bagi peradaban Barat itu sendiri.
Jadi tidak mengherankan jika negara kita yang kaya sumberdaya alam serta menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Juga menjadi incaran hegemoni imperial dan dendam sejarah berkarat bagi mereka. Maka dari itu di hembuskanlah propaganda islam phobia ke negeri ini. Namun mirisnya banyak juga orang islam indonesia yang ikut termakan propaganda semacam ini.
Post a Comment