Krisis Moneter Indonesia 1998 Bantuan Asing Memperburuk Keadaan

Jika kita mencoba menoleh kebelakang tentang sejarah perjalanan bangsa indonesia, dimana awal Terciptanya Era Revormasi pasti teringat akan suatu trauma dan tragedi
Krisis Moneter Indonesia 1998 Bantuan Asing Memperburuk Keadaan
1998

Jika kita mencoba menoleh kebelakang tentang sejarah perjalanan bangsa indonesia, dimana awal Terciptanya Era Revormasi pasti teringat akan suatu trauma dan tragedi. Banyak hal yang berubah setelah bergantinya orde baru dengan mundurnya Presiden kita Soeharto saat itu. Bangsa kita memasuki era baru disebut revormasi yang berjalan hingga saat ini lebih kurang 20 tahun sudah.



Bagi orang-orang yang lahir di bawah tahun 80an tentu ikut merasakan masa-masa suram itu. Pecahnya revormasi pada tahun 1998 berawal dari terjadinya krisis ekonomi multi dimensi di berbagai negara. Hal ini juga berdampak bagi Indonesia, ketidak seimbangan laju pertumbuhan ekonomi indonesia sebetulnya diawali pada tahun 1997.

Krisis moneter ini terjadi bermula dari kebijakan pemerintah Thailand pada juli 1997 untuk mengembangkan mata uang Thailand Bath terhadap Dollar US, dan mempengaruhi mata uang, bursa saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia, termasuk di indonesia. Krisis moneter tersebut berkembang menjadi krisis multi dimensi, dan hampir semua usaha di Indonesia ikut terkena imbasnya.

Diperkirakan saat itu lebih dari 70% perusahaan yang tercatat di pasar modal mengalami kebangkrutan. Keadaan ini diperberat dengan berbagai musibah nasional seperti kegagalan panen padi di banyak tempat karena musim kering berkepanjangan dan hama, kebakaran hutan besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan di banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu.

Krisis yang melanda indonesia saat itu menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap Dollar merosot jauh mencapai Rp. 17.000. Merasa tidak mampu dan tidak percaya diri menyelesaikan krisis yang ada, sejumlah pejabat pemerintah akhirnya memunculkan wacana untuk meminta pertolongan International Monetary Fund (IMF). Hal ini juga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Pada tanggal 8 Oktober 1997 pemerintah meminta bantuan hutang kepada IMF untuk memulihkan keadaan krisis ekonomi saat itu. Sebetulnya langkah pemerintah meminta pertolongan IMF ini adalah langkah yang salah. Karena jika kita berkaca pada negara lain yang pernah mendapatkan bantuan IMF ternyata bantuan IMF ini juga tidak menyelesaikan masalah krisis. Malah cenderung menjerumuskan kedalam perangkapnya.

Kondisi ini pernah di ingatkan ECONIT secara tegas pada pemerintah saat itu. ECONIT adalah salah satu lembaga think tank di bidang ekonomi, industri dan perdagangan. ECONIT memperingatkan bahwa mengundang IMF hanya akan menjerumuskan Indonesia ke jurang krisis yang lebih parah Tetapi Indonesia mengabaikan peringatan  dari ECONIT. Akhirnya direktur Pelaksana IMF, Michel Camdessus, mengumumkan paket bantuan IMF untuk Indonesia senilai 23 miliar dollar AS untuk menstabilkan keuangan dan melakukan reformasi ekonomi.

Bantuan tersebut terdiri atas 18 miliar dollar AS pinjaman badan multilateral dan lima miliar dollar AS sisanya berasal dari pemerintah Indonesia. Bantuan IMF ini ternyata benar tidak menyelesaikan masalah bahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar tetap saja melemah. Tak sampai di situ, kebijakan-kebijakan yang disarankan IMF pun juga menjerumuskan Indonesia ke krisis yang lebih parah.

Seperti kasus likuidasi 16 bank pada bulan November 1997 yang memicu rush terhadap puluhan bank besar Indonesia. Seperti Bank BCA dan Bank Danamon, membuat kolaps sistem perbankan nasional, dan kian menenggelamkan nilai tukar rupiah dan memperburuk keadaan nasional.

IMF juga memberikan saran kepada pemerintah untuk memangkas subsidi BBM dan listrik, menaikkan harga BBM antara 25 persen (minyak tanah) sampai 71 persen (premium) pada tanggal 4 Mei 1998. Pencabutan subsidi yang di sarankan IMF ini kemudian memicu kemarahan rakyat. Selang sehari setelah pencabutan subsidi itu kemudian, ribuan mahasiswa di Makasar turun ke jalan dan terjadi bakar-bakaran untuk memprotes kenaikan harga BBM.

Pada hari-hari berikutnya, aksi tersebut meluas ke Medan, Surabaya, Solo, Yogyakarta, dan puncaknya berakhir di Jakarta 12 Mei 1998. Demonstrasi masa ini berakhir ricuh sehingga banyak orang meninggal di seluruh Indonesia. Ribuan lainya luka-luka, ratusan gedung dan ribuan kendaraan hancur dan terbakar. Inilah contoh kesekian kalinya di negara berkembang terjadi kerusuhan sosial akibat saran IMF (International Monetary Fund).

Jika kita amati ternyata betul memang bantuan dari IMF itu malah menjerumuskan bangsa kedalam tragedi Kerusuhan Mei 1998. Dengan kata lain sangatlah sulit bagi negara-negara yang memiliki perekonomian yang berkembang diatas sistem keuangan dunia yang labil dan malah cenderung akan menjerumuskan kedalam perangkapnya.

Puncak dari kerusuhan demonstrasi ini mengakibatkan pemilik modal dan investor membawa kabur uang dari Indonesia ke luar negri. Pelarian modal besar-besaran karena kepanikan politik ini otomatis lebih dahsyat daripada pelarian modal yang dipicu oleh pertimbangan ekonomi semata. Karena itu, rupiah merosot tajam dari level semula Rp 2.300 per dollar AS (pertengahan 1997) menjadi level terburuk Rp17.000 per dollar AS (Januari 1998).

Faktor Lain terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 diantaranya adalah


1. Stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek yang telah menciptakan ketidakstabilan.

2. Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.

3. Tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula.

4. Perkembangan situasi politik telah makin menghangat akibat krisis ekonomi, dan pada gilirannya memperbesar dampak krisis ekonomi itu sendiri.

5. Miss government dan terjadinya kepanikan politik luar biasa menjelang presiden Soeharto lengser.

6. Banyaknya utang dalam valas, proyek jangka panjang yang dibiayai dengan utang jangka pendek.

7. Krisis moneter dimulai dari gejala/kejutan keuangan pada juli 1997, menurunnya nilai tukar rupiah secara tajam terhadap valas, diukur dengan dolar Amerika Serikat yang merupakan pencetus/trigger point.

8. Diabaikannya early warning system merupakan penyebab mengapa krisis 97 melanda Indonesia. Adapun early system warningnya adalah meningkatnya secara tajam deficit transaksi berjalan sehingga pada saat terjadinya krisis, defisit transaksi berjalan Inonesia sebesar 32.5% dari PDB.

9. Argument bahwa pasar financial internasional tidak stabil secara inheren yang kemudian mengakibatkan buble ekonomi dan cenderung bergerak liar.

10. Kegagalan manajemen makro ekonomi tercermin dari kombinasi nilai tukar yang kaku dan kebijakan fiskal yang longgar, inflasi yang merupakan hasil dari apresiasi nilai tukar efectif riil, deficit neraca pembayaran dan pelarian modal.

11. Kelemahan sector financial yang over gradueted, but under regulete dan masalah moral hazar.

12. Semakin membesarnya cronycapitalism dan sistem politik yang otoriter dan sentralistik.

Pada akhirnya terjadi kepanikan politik yang luar biasa di Indonesia. Sehingga menyebabkan presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia yang telah ia emban selama 32 tahun. Pidato pengunduran diri itu disampaikan di Istana Negara pada pukul 09.00 WIB. Pada saat itu juga wakil Presiden B.J. Habibie langsung disumpah sebagai presiden pengganti Pak Harto. Sejak hari itu, Indonesia memasuki era baru yaitu era revormasi.