Menjelaskan Tentang Ideologi Kapitalis Dan Pluralisme

Kapitalisme merupakan sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta (pemilik modal) dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar.
Ideologi Kapitalis Dan Pluralisme
Kapitalis dan Pluralis

Menjelaskan tentang ideologi kapitalis dan pluralis mari kita simak penjelasan singkat berikut ini.


1. Ideologi Kapitalisme


Kapitalisme merupakan sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta (pemilik modal) dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar.

Pengertian kapitalisme menurut Karl Marx adalah.


Sebuah sistem dimana harga barang dan kebijakan pasar ditentukan oleh para pemilik modal untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam sistem kapitalisme ini, pemerintah tidak dapat melakukan intervensipasar demi keuntungan bersama, melainkan hanya untuk kepentingan-kepentingan pribadi.

Menurut istilah teknis Marxian (dalam buku Teori sosiologi modern), dalam masyarakat tekno-kapitalisme, “modal  konstan berangsur-angsur menggantikan modal variabel seperti tercermin dari rasio antara teknologi dan tenaga kerja yang makin meningkat dengan mengorbankan input tenaga kerja manusia”.

Pengertian kapitalisme menurut Adam Smith adalah.


Suatu sistem yang bisa menciptakan kesejahteraan masyarakat apabila pemerintah tidak memiliki intervensi terhadap mekanisme dan kebijakan pasar. Di dalam kapitalisme pemerintah berperan hanya sebagai pengawas saja.

Penjelasan singkatnya
Ideologi kapitalisme merupakan semangat mencari keuntungan semata. Sebagai suatu paham, kapitalisme sangat menekankan sisi individualisme dibandingkan kolektif. Menurut Efriza (2009: 105), kapitalisme adalah metamorfosis dari ideologi liberalisme yang dikembang oleh negara barat.
Pengertian kapitalisme secara global adalah.

Kapitalisme tingkat tinggi dimana suatu negara dan para pemilik modal menjadi monster serakah untuk mengalahkan berbagai musuhnya, menindas dan mendominasi kekayaan dunia. Kegiatan ekonomi yang mereka lakukan hanya untuk memperkaya segelintir orang bukan untuk kesejahteraan rakyat (orang) banyak.

Kapitalisme global ini dalam prakteknya membentuk suatu aliansi dan organisasi yang sistematis dengan agenda tersembunyi (seperti IMF & WTO) dimana para petingginya di dominasi oleh kapitalis sejati. Pendek kata, mereka bisa menciptakan pertikaian masyarakat, peperangan, kemiskinan bahkan perang dunia ketiga dengan mudahnya.

Istilah kapitalisme merujuk pada pengertian organisasi sosial dan ekonomi tertentu. Pada intinya tidak campur tangan pemerintah dalam kehidupan perekonomian negara. Negara hanya dianggap sebagai pengatur proses ekonomi, tetapi tidak membatasi pemilikan dan perilaku ekonomi dari pemilik modal.

Kapitalisme dianggap paham bagi pemilik modal yang mengagungkan persaingan bebas atau kompetisi untuk sebanyak-banyaknya menumpuk modal melalui produksi barang dan penemuan-penemuan teknologi dengan tidak memperdulikan kenyataan perusahaan yang ada disekitarnya.

Kita dapat melihat pada dewasa kini, berbagai barang yang diproduksi menggunakan teknologi tinggi dan alat-alat yang canggih sehingga barang dapat cepat terdistribusi. Pada teori tekno-kapitalisme yang dikemukakan oleh Kellner:

“Konfigurasi masyarakat kapitalis di mana teknik, ilmu pengetahuan ilmiah, otomatisasi, komputer dan teknologi tinggi, berperan penting dalam proses produksi dan sejajar dengan peran tenaga manusia, mekanisasi, dan mesin-mesin…" 

Berdasarkan pernyataan oleh dua ahli sosiolog, dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya teknologi yang tentu meningkatnya kualitas barang yang akan dijual serta input tenaga kerja manusia yang dikorbankan akan dapat dijual dalam komunitas manusia.

Dengan meningkatnya barang-barang impor tentu akan meningkatkan pola konsumsi meningkat. Dengan pola konsumsi meningkat, maka akan timbul pola masyarakat hedon.

Ciri-ciri ideologi kapitalise:

  1. Mencari keuntungan dengan berbagai cara dan sarana kecuali yg terang-terangan dilarang negara karena merusak masyarakat seperti heroin dan semacamnya.
  2. Mendewakan hak milik pribadi dgn membuka jalan selebar-lebarnya agar tiap orang mengerahkan kemampuan dan potensi yang ada untuk meningkatkan kekayaan dan memeliharanya serta tidak ada yg menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-peraturan yg cocok utk meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi kecuali dalam batas-batas yg yg sangat diperlukan oleh peraturan umum dalam rangka mengokohkan keamanan. 
  3. Kompetisi sempurna . Tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi dan membatasi tugasnya hanya untuk melindungi pribadi-pribadi dan kekayaan serta menjaga keamanan dan membela negara. 
  4. Kebebasan ekonomi bagi tiap individu di mana ia mempunyai hak untuk menekuni dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemauannya. Tentang kebebasan seperti ini diungkapkan dalam sebuah prinsip yang sangat masyhur dengan semboyan “Biarkan ia bekerja dan biarkan ia berlalu.”

Itulah penjelasan singkat mengenai pengertian kapitalisme.


2. Ideologi Fluralisme (lebih kepada pemahaman agama)

Pluralisme merupakan satu Utopi baru yang menentang hukum alam ( Sunatullah ). Tapi dalam praktik penganut faham pluralisme ini senantiasa berstandar ganda . Disatu sisi mereka selalu berbuat seolah ia adalah seorang pengusung Kemanusiaan tapi disisi yang lain juga bersikap sangat tidak menghargai hak manusia yang berseberangan dengan faham yang dianutnya. 

Mereka mengaku sebagai seorang HUMANIS tapi sangat tidak menghargai hak manusia secara utuh yaitu hak untuk melakukan kewajiban agamanya secara utuh.
Pluralisme pada hakekatnya satu Isme baru , atau ajaran Plural yang dalam praktik justru tidak menerima kemajemukan ( plural ) sebagai satu kenyataan, mengajarkan untuk menyatukan kemajemukan, melebur kemajemukan dengan slogan kesetaraan yang menyatu dan menghilangkan perbedaan berarti menghilangkan kemajemukan.

Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan ‘klaim kebenaran’ (truth claim) yang dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar.

Bahaya di Balik Gagasan Pluralisme

Bahaya pertama adalah penghapusan identitas-identitas agama. Dalam kasus Islam, misalnya, Barat berupaya mempreteli identitas Islam. Ambil contoh, jihad yang secara syar’i bermakna perang melawan orang-orang kafir yang menjadi penghalang dakwah dikebiri sebatas upaya bersungguh-sungguh. 

Pemakaian hijab (jilbab) oleh Muslimah dalam kehidupan umum dihalangi demi “menjaga wilayah publik yang sekular dari campur tangan agama.” Lebih jauh, penegakan syariah Islam dalam negara pun pada akhirnya terus dicegah karena dianggap bisa mengancam pluralisme. Ringkasnya, pluralisme agama menegaskan adanya sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).

Bahaya lain pluralisme agama adalah munculnya agama-agama baru yang diramu dari berbagai agama yang ada. Munculnya sejumlah aliran sesat di Tanah Air seperti Ahmadiyah pimpinan Mirza Ghulam Ahmad, Jamaah Salamullah pimpinan Lia Eden, al-Qiyadah al-Islamiyah pimpinan Ahmad Mosadeq, dll adalah beberapa contohnya. Lalu dengan alasan pluralisme pula, pendukung pluralisme agama menolak pelarangan terhadap berbagai aliran tersebut, meski itu berarti penodaan terhadap Islam.

Karena itu, wajar jika KH Kholil Ahmad, Pengasuh Pondok Pesantren Gunung Jati Pamekasan Jawa Timur, menilai pluralisme agama yang diusung Gus Dur berbahaya bagi umat Islam (Tempointeraktif.com, 30/12/2009). 

Bahaya lainnya, pluralisme agama tidak bisa dilepaskan dari agenda penjajahan Barat melalui isu globalisasi. Globalisasi merupakan upaya penjajah Barat untuk mengglobalkan nilai-nilai Kapitalismenya, termasuk di dalamnya gagasan “agama baru” yang bernama pluralisme agama. Karena itu, jika kita menerima pluralisme agama berarti kita harus siap menerima Kapitalisme itu sendiri.

Inilah di antara bahaya yang terjadi, yang sesungguhnya telah dan sedang mengancam kaum Muslim saat ini ketika kaum Muslim kehilangan Khilafah Islamiyah sejak hampir satu abad lalu. Padahal Khilafahlah kepemimpinan umum bagi kaum Muslim yang menerapkan Islam, melindungi akidah Islam serta menjaga kemuliaan Islam dari berbagai penodaan, termasuk oleh pluralisme.

Di Balik Gagasan Pluralisme


Lahirnya gagasan mengenai pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan pada sejumlah faktor. Dua di antaranya adalah: Pertama, adanya keyakinan masing-masing pemeluk agama bahwa konsep ketuhanannyalah yang paling benar dan agamanyalah yang menjadi jalan keselamatan. Masing-masing pemeluk agama juga meyakini bahwa merekalah umat pilihan.

Menurut kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering memicu terjadinya kerenggangan, perpecahan bahkan konflik antarpemeluk agama. Karena itu, menurut mereka, diperlukan gagasan pluralisme sehingga agama tidak lagi berwajah eksklusif dan berpotensi memicu konflik.

Kedua, faktor kepentingan ideologis dari Kapitalisme untuk melanggengkan dominasinya di dunia. Selain isu-isu demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan serta perdamaian dunia, pluralisme agama adalah sebuah gagasan yang terus disuarakan Kapitalisme global yang digalang Amerika Serikat untuk menghalang kebangkitan Islam.

Karena itu, jika ditinjau dari aspek sejarah, faktor pertama bolehlah diakui sebagai alasan awal munculnya gagasan pluralisme agama. Namun selanjutnya, faktor dominan yang memicu maraknya isu pluralisme agama adalah niat Barat untuk makin mengokohkan dominasi Kapitalismenya, khususnya atas Dunia Islam.

Itulah penjelasan singkat dari ideologi Kapitalis dan pluralis, dimana paham kapitalis lebih cendrung ke materi harta dan kekayaan. Sementara pluralis lebih cendrung kepada paham keagamaan mencampur adukan ajaran agama dengan alasan kesetaraan.